Apa yang Terjadi Setelah Umur 25 Tahun?

Ada banyak, banyak sekali! Sampai-sampai kamu mungkin bingung untuk mengurainya satu-satu. Tapi mari kita mulai dari sesuatu yang mungkin akan sangat terasa dekat, yakni bekerja dan mencari uang. Khusus untukmu yang mungkin tidak pernah punya masalah apa-apa dengan uang, beberapa hal yang selanjutnya tertulis di sini mungkin tidak akan terasa relateable untuk kamu ingat-ingat kembali. Karena, ya mungkin problem terbesarmu setelah 25 bukanlah uang. Aku akan kembali, menyapa teman-temanku, kaum-kaum kelas pekerja, yang mungkin berasal dari keluarga pas-pasan yang tidak bisa dikatakan kaya tapi untuk menyebut diri miskin pun, juga tak tega. Sebab, rasanya masih ada banyak yang lebih kurang beruntung dari kita. 

Teman-temanku yang kucintai dengan segenap hati, saat ini kamu mungkin sedang melalui beberapa fase menyebalkan. Bahkan belakangan, kamu mungkin sering pengen terlahir kembali dan menjadi anaknya Papa Raffi dan mama Gigi. Memasuki beberapa tahun bekerja setelah lulus kuliah (mungkin), kita mulai membandingkan beberapa pencapaian hidup yang sudah didapatkan. Tentu saja, semua ini makin terasa menyeramkan ketika kita membuka Instagram. Aplikasi yang satu ini memang kerap jadi pedang bermata dua, kalau tidak membuat hati terluka karena tahu gebetan sudah ada yang punya, kadang-kadang buat hati menderita melihat teman sebaya sudah menikah, lanjut S2, beli rumah, dan macam-macam pencapaian gemilang lainnya. 

Malam-malam di kamar kosan ukuran 3x4m, makin terasa sesak, karena selain memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan uang yang banyak selain judi online. Kini bahan overthinking bertambah karena kita tahu jika teman-teman lain sudah berjalan lebih jauh di depan. Sebagai manusia yang sudah melalui semua itu 3 tahun lalu, aku cuma bisa berkata. Jika kamu tak menemukan jalan untuk semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalamu, cukup nikmati dan jalani hari-hari seperti biasa dan tetaplah bahagia. Meski menjalaninya susah, aku hanya ingin kamu tahu jika kadang kala kita hanya perlu mengikuti apa yang sudah digariskan saja. Agak susah mungkin untuk menjalaninya, tapi sebaik-baiknya perjuangan,kadang-kadang ikhlas dan woles justru jadi solusi atas semua pertanyaan yang ada. 

Jika setelah usai 17-an, kita mungkin masih penuh ambisi, setelah usia 25-an, ada beberapa yang mungkin akan berubah. Tak hanya status berpacaran yang mungkin mendadak jadi sendiri lagi, pola pikir yang dimiliki pun tentu akan berubah sesuai usia. Hal-hal yang sebelumnya diyakini, mendadak kita anggap jadi sesuatu yang ternyata bisa saja dilewati tak lagi perlu dipegang teguh. Perjalanan setelah 25-an, apa yang kita anggap jadi prioritas mungkin hanyalah ketenangan hati dan jiwa saja. Orang lain mungkin sedang berlari kencang, tapi kita masih saja jalan perlahan sesuai kemampuan. Tak apa, setiap orang punya cara berbeda untuk meraih bahagia dan keinginan hatinya. 

Hal terpenting yang perlu kita pahami, berjalan perlahan dan menjadi manusia biasa-biasa yang tak lagi mau terintimidasi oleh pencapaian orang lain. Bukan berarti kita hanya akan bermalas-malasan, sembari tetap hidup. Karena menjadi biasa saja, bukan berarti kita hanya akan diam. Lebih dari itu, menjadi biasa saja dan menikmati segala pencapaian yang kita punya. Tapi, ini adalah tentang bagaimana kita memahami diri sendiri, mencintai diri sendiri, menikmati jalan hidup yang dimiliki, dan terus berusaha menjalani apa yang ada di hadapan sembari belajar untuk melakukan yang terbaik. 

Lambat bukan berarti kalan, tapi pelan bukan berarti diam tak berbuat apa-apa. 


Komentar

Postingan Populer