Living Alone is Okay, until you get sick!

Kelly Sikkema via unsplash

Aku membayangkan, bagaimana jika secara mendadak sakit yang kualami tidak hanya sekedar demam atau batuk flu? bagaimana jika ternyata aku terjatuh di kamar mandi, kepalaku terbentur dan tak seorang pun yang tahu. Menyeramkan kan? tentu saja.

Salah satu babak menjadi dewasa yang mungkin memang tak bisa kita hindari, adalah hidup sendiri. Iya, sendiri! Tanpa ada orangtua, keluarga, sekalipun kamu mungkin memiliki pacar. Akan ada masa di mana kamu memang harus menghadapi segalanya dengan sendiri. Tapi itulah kehidupan. Perjalanan yang penuh dengan lika-liku dengan alur yang sungguh tak pernah bisa kita tebak. Dan bagian paling menyebalkannya, ketika kita sakit dan harus menghadapi semuanya seorang diri.

Saat kedua orangtuaku masih ada, mudah sekali rasanya untuk menjadikan mereka sebagai tempat pertama untuk berkeluh kesah dan mencari dukungan ketika merasa tidak sehat. Namun, seiring dengan berjalannya usia, kenyataan yang aku hadapi sekarang, aku harus menerima, jika masa-masa sakit yang akan kuhadapi selanjutnya akan selalu berjalan tanpa sosok bapak atau ibuku lagi.

Dulu, ketika aku sakit, mudah sekali rasanya untuk menelepon bapak atau ibuku. Meski tak bisa berbuat banyak untuk kesembuhanku, tapi suara mereka selalu punya kekuatan tersendiri untuk membantuku segera sembuh.

“Ma, aku batuk-batuk ga sembuh-sembuh. Baiknya minum apa ya”

“Pak, kalau maaghku kambuh, kunyitnya diapain biar bisa diminum?”

Kata-kata itu cuma berputar-putar di kepalaku, tanpa bisa terucap. Sebab yang biasanya mendengar pertanyaan-pertanyaan itu sudah pergi jauh. Barangkali mereka sedang melihatku dari sana. Sembari berkata,

“Kau adalah anak perempuan kami yang kuat, jadi apapun itu. Pasti akan bisa kau lalui”.

Karena bisa hidup tanpa mereka saja sudah hebat!!!

Ah, tentu saja, aku hanya berandai-andai dalam hati sendiri. Tapi kuharap, jika itulah yang bapak dan ibuku pikirkan. Semoga saja aku benar-benar bisa kuat.

Komentar

Postingan Populer